SEMA-FSI Akhiri Rangkaian Syariah Awards 2025 dengan Penganugerahan dan Kabar Akademik

Ksmrmesir.org (20/7) — Senat Mahasiswa Fakultas Syariah Islamiyah (SEMA-FSI) resmi menutup rangkaian panjang Syariah Awards 2025 dalam acara puncak yang digelar di Qo’ah Burj, Hay Sadis. Kegiatan ini menjadi penanda akhir dari 17 hari penyelenggaraan program penghargaan dan apresiasi bagi mahasiswa Fakultas Syariah, sekaligus ajang unjuk kontribusi dan kolaborasi yang tumbuh di lingkungan akademik FSI.

Acara diawali dengan penampilan tari tradisional Zapin dari kekeluargaan Mahasiswa Jambi, yang menyemarakkan suasana dan menjadi pembuka yang mencuri perhatian. Sejumlah tokoh turut hadir dalam gelaran ini, di antaranya Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo Dr. Abdul Muta’ali, Presiden PPMI Mesir Razi Alif Al Faiz, serta perwakilan kekeluargaan dan organisasi mahasiswa.

Memasuki sesi inti, nominasi dan penghargaan diumumkan secara bergiliran, disambut tepuk tangan dan antusiasme dari para hadirin. Mulai dari kategori Kolaborator Terbaik hingga Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) FSI 2025, seluruh penerima penghargaan dinilai berdasarkan rekam kontribusi, keteladanan, dan pengaruh positif yang mereka bawa dalam kehidupan kampus.

Ketua pelaksana, Arif Rabbani, menegaskan bahwa proses seleksi dilakukan secara komprehensif. “Pemilihan nominasi dan Mawapres bukan sekadar penilaian satu hari, tapi juga melihat dari komposisi mereka untuk berdaya dan berdampak bagi mahasiswa Fakultas Syariah. Dalam sesi wawancara, kita benar-benar tanya: siap atau tidak mereka untuk diberdayakan ketika terpilih nanti,” terangnya.

Pemenang Mawapres kategori banat, Badrul Novis, membagikan rasa syukur dan komitmennya atas tanggung jawab baru yang diembannya. “Dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi menjadi tanggung jawab besar bagi saya pribadi untuk terus berbenah diri, dan tidak merasa cukup dengan apa yang sudah didapatkan. Kontribusi yang bisa saya lakukan untuk Senat FSI ke depan mungkin akan dimulai dari bidang literasi, seperti membuat antologi, Syariah Bersuara, podcast, atau diskusi ringan seputar isu-isu syariah dan Islam kontemporer,” ungkapnya.

Menambah semangat dalam gelaran ini, Dr. Abdul Muta’ali menyampaikan kabar menggembirakan terkait konversi nilai ijazah mahasiswa Universitas Al-Azhar. “Sebelumnya, mahasiswa harus mencapai nilai 79,9 untuk mendapatkan IPK 3. Sekarang, nilai 50 saja sudah bisa dikonversikan menjadi Predikat maqbul,” jelasnya.

Ia juga menginformasikan bahwa Bahasa Indonesia kini telah resmi menjadi bagian dari jurusan di Kuliah Al-Lughah wa at-Tarjamah, sebuah kemajuan signifikan yang membuka ruang lebih luas untuk pengakuan Bahasa Indonesia di kancah keilmuan internasional. “Alhamdulillah, kita juga mendapat kesepakatan lugoh Indonesia menjadi bahasa ketujuh yang dipelajari di Universitas Al-Azhar. Qism ini akan dikhususkan nantinya bagi mahasiswa non-Indonesia, dan menjadi pencapaian penting bagi kita semua, tuturnya.

Dengan ditutupnya acara ini, Syariah Awards 2025 tak hanya menjadi panggung apresiasi, tapi juga momentum afirmasi peran mahasiswa sebagai agen perubahan, siap berdaya, berdampak, dan membawa Syariah Islamiyah ke panggung yang lebih progresif.

Reporter: Raihana Salsabila
Editor: Fikih Azali

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *