Sebutir Kebaikan

Oleh: Raj Afif Thaifury

 Langit sore berwarna oranye di penghujung hari Jumat, lingkaran matahari telah terbenam di ufuk barat. “Allahu akbar Allahu akbar.” Seketika terdengar suara adzan magrib berkumandang di surau-surau pedesaan. Mahmud dan teman-teman mulai berangkat ke surau untuk melaksanakan sholat magrib dan mengaji. Mahmud dan teman-teman adalah anak baik yang selalu mendengarkan dan mengamalkan nasihat dari guru dan orang tuanya.

Allohumm sholli ‘ala sayyidina Muhammadin, tibbil quluubi wa dawaa-iha”. Mahmud dan teman teman berselawat sambil menuju perjalanan ke surau. Tiba-tiba salah seorang teman Mahmud yang sebaya dengannya mengangkat tangan untuk memberi isyarat supaya menghentikan perjalanan, namanya Jamal.

“Berhenti sebentar teman-teman!” kata Jamal. Seketika teman-teman di belakangnya bingung. “Lihat di persimpangan jalan dekat pohon rambutan, aku melihat banyak paku bertebaran, mari kita singkirkan!” kata Jamal. Persimpangan itu ada di depan kami. Tapi, kami tidak melewatinya. “Ayo kita singkirkan!” sahut Mahmud. Saat ingin menyingkirkan paku di jalanan, Rendy temannya yang kebetulan pekan lalu tidak ikut mengaji di surau bertanya, “Kenapa kita harus menyingkirkannya, kan kita tidak lewat situ?”

“Supaya tidak ada orang yang celaka karena adanya paku ini,” jawab Jamal. “Pekan lalu ustadz juga menasehati kami dengan suatu hadist Rasulullah yang berisi tentang barang siapa yang menyingkirkan sesuatu rintangan dari perjalanan maka amalannya itu dihitung sebagai sedekah.” Tambah Mahmud sambil menyingkirkan paku-paku dari jalanan.

Sampainya di surau kami langsung mengikuti salat magrib berjemaah. Setelah salat magrib kami berkumpul membentuk lingkaran bersiap-siap untuk mengaji. Seperti biasanya sebelum mengaji ustadz kami bercerita dan memberi nasihat kepada kami. “Masyaallah tabarakallah anak anak ustadz, ustadz begitu bangga dengan kalian semua,” kata ustadz kami setelah membuka pengajian dengan salam. Kami tercengang dan bingung kenapa ustadz tiba tiba bangga dengan kami.

“Tadi ustadz melihat kalian semua bersama-sama menyingkirkan paku dari jalanan yang kebetulan ustadz tidak jauh berada di belakang kalian dan kalian telah mengamalkan hadist Rasulullah yang telah ustadz sampaikan pada pertemuan sebelumnya,” jelas ustadz muda guru mengaji kami. Seketika Rendy bersin dan tidak lama setelah Rendy bersin, Mahmud pun juga bersin dan mengucapkan, “Alhamdulillah,” lalu dijawab oleh ustadz dengan kalimat “Yarhamukallah,” lalu dijawab lagi oleh Mahmud dengan “Yahdikumullahu wa yuslihubaalakum”.

Mumtaz masyaallah Mahmud,” ustadz memuji Mahmud. Rendy bertanya, “Ustadz tadi kenapa ustadz tidak mengatakan itu ketika saya bersin” dengan penuh ingin tahu. “Karena Rendy tadi, ketika bersin tidak mengucapkan hamdalah,” jawab ustadz. “Dan bersin adalah nikmat Allah yang sangat luar biasa yang diberikan kepada manusia. Bersin juga menandakan bahwa tubuh kita bekerja dengan baik karena ketika bersin bakteri maupun benda asing yang masuk dapat dicegah dengan cepat melalui hidung dan mulut.” Ustadz menjelaskan kepada semua anak yang ikut mengaji.

 “Ustadz juga mau bercerita sedikit tentang bersin. Pada suatu hari Imam Abu Dawud berada di kapal mendengar orang bersin di pesisir pantai. Orang bersin di tepi pantai itu mengucapkan hamdalah. Imam Abu Dawud yang mendengar hal itu kemudian menyewa perahu kecil seharga satu dirham hanya untuk mendatangi orang bersin tadi. Lalu beliau mengucapkan sebagaimana yang telah terjadi pada Mahmud dan ustadz tadi. Kemudian Imam Abu Dawud kembali lagi ke kapal. Orang-orang yang berada di kapal terheran-heran dan bertanya, mengapa beliau melakukan hal itu. Beliau menjawab barangkali orang yang bersin tadi doanya mustajab.

Cerita singkat dari ustadz guru mengaji kepada kami. “Ustadz jadi kita tidak boleh menganggap hal-hal yang kecil adalah sebuah hal yang remeh karena mungkin disitu ada sesuatu hal yang penuh makna yang tidak kita ketahui,” ujar Mahmud dengan penuh pemahaman. “Ya, betul sekali Mahmud,” kata ustadz kepada Mahmud.

Editor: Fathiah Salsabila

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *