Ditinggikan di Luar Kekeluargaan, Dijatuhkan di Kekeluargaan Sendiri

Acara Hari Lahir KSMR ke-37 berlangsung meriah. Tapi, apakah acara tersebut bebas masalah? Oh, tentu tidak. Salah satu kejadian janggal saat Harlah KSMR adalah KSMR Award kategori akademisi terbaik. Saya kenal dengan beberapa orang dalam kategori tersebut dan mengetahui sepak terjangnya dalam keilmuan. Kenapa saya menulis janggal? Karena yang menang KSMR Award kategori akademisi terbaik adalah anggota salah satu rumah binaan dan dia belum menjadi pembina ataupun pengajar dimana-mana. Dalam pemikiran saya, yang menang pasti orang yang sudah menjadi pembina dan pengajar dalam lingkup masisir. Ada juga yang sudah mendapat penghargaan dari Senat Mahasiswa Fakultas Syariah Islamiyah sebagai Most Ideal Shariah Student. Prestasi besar seperti ini harusnya menjadi pertimbangan, bukan?

Beberapa hari sebelum Harlah dilaksanakan, dibukalah Google Form untuk seluruh warga KSMR agar bisa memilih siapa yang dirasa cocok untuk mendapat penghargaan tersebut. Dalam Google Form tersebut disebutkan bahwa penilaian untuk menang penghargaan adalah 60% dari polling Google Form dan 40% dari diskusi BPH dan DK KSMR. Tapi apa? Menurut saya ada yang lebih pantas untuk mendapat penghargaan tersebut. Saya disini tidak merendahkan orang-orang yang sudah mendapatkan penghargaan tersebut. Tapi, yang saya pertanyakan adalah dimana andil BPH dan DK KSMR untuk acara sepenting ini?

Beberapa orang yang sudah membawa nama KSMR sampai di lingkup masisir, menjadi orang penting di luar sana, malah diperlakukan seperti ini di kekeluargaan sendiri? Tidak etis rasanya jika begini.

Dari beberapa narasumber yang berkaitan langsung dengan Harlah, diakui bahwa banyak kecacatan dalam proses Harlah ini. Salah satunya adalah saat latihan penampilan, bisa-bisanya penampil sudah datang, tapi penampil tersebut malah dilupakan dan tidak tampil saat latihan.

Saat menyiapkan kelengkapan peralatan, tempat, dan hal lainnya, panitia, steering committee, gubernur, dan wakil gubernur tentu harus bekerja sama, teliti, dan memastikan untuk menyiapkan segalanya. Bukan hanya bilang iya, iya dan aman saja.

Juga saat hari H, para penampil sudah hadir untuk geladi bersih, tapi malah tidak dilaksanakan karena peralatan sound belum ada. Memang adanya sound tentu penting, tapi rasanya tidak sepenting penampilan itu sendiri. Para penampil malah dianggurkan saja. Banyak kesalahan yang ada karena salah penempatan mana hal yang punya urgensi paling besar.

Penulis: Fathiah Salsabila

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *