Oleh : Luthfi Noor*
Menelaah tentang kemerdekaan, justru kita tahu bahwa Indonesia telah Merdeka selama 78 tahun. Dan selama 78 tahun itu pula kita merasakan kemudahan dan kenikmatan dari hasil kemerdekaan. Namun, apakah kita mengetahui bahwa kiai dan santri sangat berperan penting dalam proses kemerdekaan tersebut?.
Kemerdekaan didasari dengan empat perjuangan, yakni perjuangan untuk Merdeka, perjuangan ketika proklamasi dikumandangkan, perjuangan mempertahankan kemerdekaan, dan perjuangan mengisi kemerdekaan. Keempat perjuangan tersebut tidak bisa dipisahkan dari peran penting para kiai dan santri tanpa perlu menafikan tokoh-tokoh pejuang lainnya.
Membahas masalah santri dan kemerdekaan, bagaikan meneliti air dan Sungai, kedua aspek tersebut tidak pernah dapat di pisahkan, santri bagaikan air dan sungai yang mengalir untuk proses kebebasan, yaitu merdeka menuju samudra.
Salah satu peran santri dalam mempertahankan kemerdekaan ialah Ketika peristiwa 10 November yang diprakarsai oleh para kiai dan santri se-pulau Jawa dan Madura yaitu di bawah komando Mbah kiai Abas Buntet, Mbah Kiai Wahab Hasbullah, Mbah Kiai Mahrus Ali, dan banyak lagi tokoh ulama lainnya. Pada tahun 1943-1945 hampir seluruh pondok pesantren membentuk laskar-laskar, atau biasa dikenal dengan sebutan milisi yang tentunya berperan penting dalam menjaga keamanan kelompoknya, saat itu milisi yang paling populer adalah laskar Hisbullah dan Sabilillah, atas instruksi Kiai Subki atau lebih masyhur dengan sebutan Mbah Subki.
Dalam peristiwa Kongres Nasional central Islam pertama yang dilaksanakan pada bulan Juni 1916 di Bandung. Dalam peristiwa tersebut, Haji Oemar Said Tjokroaminoto saat itu menjadi ketua Central Syariat Islam membawakan pidato yang berisi kehendak bangsa Indonesia untuk membentuk pemerintahan sendiri (zelfbestuur). Pidato ini merupakan salah satu tonggak penting dalam Sejarah Indonesia, karena di sanalah ditelakkan dasar-dasar nasionalisme dan kehendak bangsa Indonesia untuk Merdeka atas pemerintah Belanda.
Santri juga memiliki peran penting dalam organisasi kemerdekaan, diantara nya seperti Nahdlatul Ulama(Nu), Muhammadiyah, Persatuan Islam (PERSIS), dan lain-lain yang memiliki peran penting dalam mempertahankan identitas bangsa Indonesia. Sebagai contoh, organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912, dari sekian banyak instansi di bawah naungan Muhammadiyah, lahirlah sosok-sosok yang kelak turut memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia seperti Ir. Soekarno, Buya Hamka, KH. Mas Mansur, dan lainnya. Hal ini menunjukkan kontribusi santri yang luar biasa dalam membangun kemerdekaan melalui organisasi-organisasi yang mereka bentuk.
Kenapa tanggal 22 Oktober di tetapkan sebagai Hari Santri Nasional?
Setelah Indonesia di nyatakan Merdeka pada 17 Agustus 1945, Belanda ingin kembali untuk merebut wilayah Indonesia dan mererima penyerahan kekuasaan dari Jepang yang di sebut dengan organisasi NICA(Netherland Indies Civil Administration). Mereka juga meyakini bahwa setelah Jepang menyerah maka Indonesia kembali dinyatakan sebagai jajahan Belanda karena ini tertuang dalam konvensi Wina, atas dasar inilah KH. Hasyim Asy’ari Bersama dengan ulama lainnya wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya pada tanggal 21-22 Oktober 1945. Para ulama tersebut kemudian mendeklarasikan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang mana hal itu tertuang dalam resolusi jihad cetusan kiai Hasyim Asy’ari
Isi dari resolusi Jihad tersebut yakni, menegaskan bahwa hukum membela Tanah Air adalah Fardhu ain bagi setiap umat islam di Indonesia, dan juga di tegaskan bahwa muslimin yang berada dalam radius 94 kilometer dari pusat pertempuran wajib ikut berperang melawan Belanda.
Atas dasar deklarasi jihad yang di lakukuan oleh KH. Hasyim Asy’ari inilah tanggal 22 Oktober dinyatakan sebagai Hari Santri Nasional, yang di tetapkan pada tanggal 22 Oktober 2015 oleh Presiden Joko Widodo di Mesjid Istiqlal Jakarta.
Siapa yang mengusulkan untuk memperingati hari santri?
Melansir laman resmi NU online, bahwa hari santri awalnya di usulkan oleh santri dari pesantren Babussalam, Malang, Jawa Timur, tanggal 27 Juni 2014. Mereka menyampaikan usulannya kepada presiden Joko Widodo, yang Ketika itu masih menjadi calon presiden. Pada kesempatan itu, Jokowi berencana menjadikan 1 Muharram sebagai peringatan hari santri.
Namun PBNU mengusulkan agar hari santri di peringati setiap 22 Oktober, bukan 1 Muharram. Yang di latar belakangi peristiwa resolusi jihad oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Itulah alasan kenapa hari santri di tetapkan pada tanggal 22 Oktober, karna memiliki makna Sejarah yang penting, yakni bukti perjuangan kaum santri untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Nah, setelah membaca Sejarah santri dalam kemerdekaan Indonesia, kita pun sekarang menjadi tahu betapa besarnya peran santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bagaimana cara kita agar bisa meneladani mereka? Caranya ialah dengan menyuburkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari.
*Penulis merupakan warga KSMR Mesir
Editor : Putri NIlam Sari (Pimpinan Redaksi Al Jauhar 2022-2023)