Oleh: Putri Nilam Sari
Di tengah gegap gempita dunia digital dengan akses informasi dan hiburan semakin instan, pesan dakwah harus bersaing dengan berbagai konten hiburan, bahkan pada tarian lima belas detik yang lebih berpotensi untuk viral. Standar media sosial sering kali tidak melihat substansi suatu konten, melainkan pada sensasi yang dipertunjukan. Sementara pesan dakwah butuh waktu yang tidak singkat untuk dimengerti, butuh kesabaran, kesungguhan dan pemahaman yang mendalam. Maka, di ruang yang serba instan ini, Masisir hadir tidak hanya sebagai mahasiswa. Namun, lebih dari itu Masisir adalah para duta bagi daerahnya masing-masing untuk membawa pesan dakwah dan keilmuan dari negeri para nabi. Pertanyaanya, bagaimana Masisir mampu mengoptimalisasi perannya di tengah gegap gempita dunita digital dan media sosial yang penuh sensasi namun masih minim substansi?
Masisir dan Dakwah Digital
Masisir merupakan sebutan yang melekat pada mahasiswa Indonesia di Mesir, bukan sekadar sebutan belaka, Masisir memiliki posisi yang luar biasa, karena punya kesempatan untuk belajar langsung di Universitas Al-Azhar, salah satu pusat keilmuan tertua di dunia yang telah melahirkan banyak ulama terkemuka dengan manhaj wasathiyyahnya.
Identitas inilah yang kemudian menjadikannya seorang yang memiliki otoritas moral di mata masyarakat, Masisir adalah penyambung lidah ulama, calon ulama masa depan dan pendakwah yang memiliki kredibilitas yang jelas dan bisa dipertanggugjawabkan.
Di sisi lain, era digital berhasil memengaruhi berbagai aspek kehidupan, perkembangan teknologi dan hadirnya beragam platform online seperti (TikTok, Instagram, Facebook, Twitter/X dan aplikasi serupa lainnya) turut membawa perubahan pada cara berdakwah, jika dulu dakwah bersifat offline dari satu mimbar ke mimbar lainnya, kini mampu menjangkau lebih luas dan merambah ke berbagai platform digital, hal ini tentu menjadi sebuah wadah yang sangat membantu bagi Masisir, terlebih jika mampu mengoptimalisasi penggunaannya. Meskipun masih berada di Mesir, akan tetapi dakwahnya bisa menjangkau masyarakat dunia dengan luas.
Peluang dan Tantangan Dakwah Digital Masisir
Mengutip dari detikinet tentang data pengguna internet Indonesia tahun 2025 mencapai angka 212 juta jiwa atau sekitar 74,6% dari total populasi warga Indonesia yang berjumlah sekitar 285 juta jiwa, sedangkan menurut DataReportal laporan digital 2025 Global Overview Report yang rilis pada 5 April 2025 terdapat 143 juta akun pengguna media sosial, setara dengan 50,2% dari populasi warga Indonesia.
Merujuk pada data tersebut tentu peluang untuk berdakwah di ruang digital terbuka sangat luas, berikut beberapa alasan dan peluang yang menurut penulis sangat relevan dan bisa mengoptimalkan dakwah digital Masisir:
- Masisir punya akses dan kesempatan belajar langsung dengan para masyaikh, sehingga standar keilmuannya bisa dipertanggungjawabkan.
- Banyaknya akses terhadap literatur klasik dan kitab-kitab ulama baik yang klasik maupun yang modern yang bisa dijadikan rujukan.
- Sebagai mahasiswa Timur Tengah, Masisir mendapatkan kepercayaan lebih dari publik dan masyarakat.
- Jangkauan Masisir lebih luas dikarenakan keberagaman asal dan budaya, namun tetap satu dibawah payung azhari.
Namun, dengan peluang yang ada tentu ada pula tantangan yang harus dihadapi, diantaranya:
- Algoritma media sosial lebih suka konten hiburan dan visual, sehingga konten dengan pembahasan yang mendalam sering kali akan kalah saing.
- Substansi dakwah semakin tergeser oleh konten-konten viral yang banyaknya hanya mempertontonkan sensasi.
- Adanya tuntutan untuk menjadi sempurna karena membawa nama besar Al-Azhar.
- Keterbatasan skill writing, desain, editing, dan strategi dakwah digital.
Solusi dan Saran
Dari uraian diatas, sangat jelas bahwa peluang dan tantangan selalu beriringan, maka perlu strategi bijak agar mampu mengoptimalkan peluang dan menghadapi tantangan yang ada, seiring dengan hal tersebut maka penulis mencoba menghadirkan beberapa solusi dan saran untuk optimalisasi dakwah digital Masisir dan penggunaan media sosial, diantaranya:
- Mendalami dengan sungguh cabang keilmuan dan tema konten yang akan diangkat, dengan cara memadukan realita dan pemahaman yang sesuai dengan syariat.
- Mempelajari soft skill yang mendukung seperti kepenulisan, public speaking, editing, strategi marketing dan pengelolaan media sosial.
- Menghadirkan konten viral dengan pembahasan yang lebih mendalam dengan rujukan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
- Memaksimalkan penggunaan platform seperti Instagram, TikTok, Website kepenulisan dan media sosial lainnya.
- Ikut serta dalam komunitas dakwah dan berperan aktif dalam menghasilkan konten yang lebih edukatif, realistis dan sesuai syariat.
- Berani dan mau memulai untuk berdakwah di platform digital dan membangun personal branding.
- Gunakan metode ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) untuk menghasilkan konten yang sesuai algoritma atau trend dari akun-akun yang selaras dengan brandingan diri sendiri, misalnya @zahidsamosir, salah satu Masisir dan konten kreator dengan konten-konten dakwahnya yang edukatif dan relevan.
Kesimpulan
Menjadi seorang pendakwah yang menyampaikan pesan dakwah adalah tugas yang harus diemban oleh mahasiswa Timur Tengah khususnya Masisir selaku duta dari daerahnya masing-masing, memaksimalkan penggunaan platform media sosial dan perkembangan teknologi adalah salah satu cara untuk mengoptimalkan dakwah digital Masisir, terlebih di tengah gegap gempita dunia digital yang penuh sensasi saat ini, harapannya Masisir mampu menghadirkan konten yang lebih fresh dan sesuai syariat dan mampu mempertahankan substansi dakwah itu sendiri.
Daftar Pustaka
Ummah, Nurul Hidayatul, Pemanfaatan Sosial Media Dalam Meningkatkan Efektivitas Dakwah di Era Digital, Jurnal Manajemn Dakwah Volume X, Nomor 1, 2002, 151-169, Accessed 23 Agust 2025.
Iskandar, Isak. Fadila, Safitri Nur. Pitaloka, Pitaloka. Juansyah, Agung, Efektiktivitas Dakwah Digital dalam Meningkatkan Keberagaman Mahasiswa, Jurnal studi Pendidikan Agama Volume 1 nomor 4. Tahun 2024, Accessed 23 Agust 2025.