Harlah KSMR ke-38: Membina Intelektual, Menyatukan Potensial, Membentuk Generasi Ideal

Ksmrmesir.org (28/8) — Membangun semangat belajar, berkarya, dan berkontribusi untuk negeri. Itulah ruh yang terasa di panggung budaya KSMR Mesir yang telah mekar selama 38 tahun lamanya. Perjalanan panjang ini mengajarkan bahwa budaya bukan sekadar warisan, melainkan pelita yang membina intelektual, menyatukan potensial, dan membangun generasi ideal.

Sejak resmi didirikan pada 18 Agustus 1987, KSMR Mesir telah menjadi salah satu kekeluargaan terbesar di bawah naungan PPMI Mesir. Tahun ini, di panggung Misroh Afaq, Ramsis, Kairo, melalui Melayu Festival ke-38, semangat itu kembali dirayakan dengan ragam penampilan seni, drama, karya literasi, hingga ajang perdana Duta Melayu.

Setiap gerak tari, untaian kata, hingga alunan musik menjadi bahasa yang menyatukan jiwa. Dari tanah Melayu, para mahasiswa belajar makna kebersamaan, menata masa depan, dan merajut kekuatan. Acara ini bukan hanya tontonan, melainkan persembahan yang lahir dari kolaborasi, kreativitas, dan cinta tanah air.

Dalam sambutannya, Gubernur KSMR, Hafifuddin Rusmar, Lc., menegaskan pentingnya festival ini sebagai ruang silaturahmi dan identitas budaya.
“Melayu Fest KSMR Mesir merupakan ajang silaturahmi antar anggota KSMR, sekaligus pengobat rindu kampung halaman. Ini bukti nyata bahwa kita tetap melestarikan adat dan budaya meski jauh di perantauan,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden PPMI Mesir menekankan peran budaya sebagai akar identitas sekaligus bekal menghadapi masa depan.
“Acara adat semacam ini bukan hanya penampilan seni, tapi juga pengingat akar budaya kita. Bangsa yang besar adalah pemuda pemudi yang bangga dengan asal-usulnya, sekaligus terbuka pada kemajuan zaman,” ungkapnya.

Tahun ini, festival harlah KSMR menghadirkan konsep berbeda, dengan menampilkan drama teatrikal di sela-sela penampilan seni. Drama tersebut menggambarkan perjalanan KSMR, peranannya bagi mahasiswa, serta kontribusinya dalam melestarikan budaya Melayu di tanah Kinanah.

Penampilan hadroh, silat penyambutan, tari persembahan, jingle KSMR, hingga tari Zapin Rantai Inai yang sarat filosofi, menjadi daya tarik tersendiri. Tak ketinggalan, peluncuran tiga buku Al-Jauhar sebagai karya kolaboratif mahasiswa, serta penganugerahan KSMR Awards bagi insan berprestasi turut memeriahkan rangkaian acara.

Yang paling menyedot perhatian adalah lahirnya ajang perdana Duta Melayu Fest. Delegasi dari Kampar, Bengkalis, Kuansing, Rokan Hulu, hingga Kepulauan Riau tampil dengan percaya diri menampilkan wawasan, bakat, dan pesona khas daerah masing-masing.

Lebih dari sekadar kompetisi, Duta Melayu dihadirkan sebagai simbol representasi mahasiswa Melayu yang berdaya dan berbudaya di kancah internasional. Sorakan meriah mengiringi pengumuman pemenang:

Esai Terbaik: Bengkalis (Putri Nilam Sari)
Public Speaking Terbaik: Kampar (Nizar)
Catwalk & Wawasan Terbaik: Kampar (Alya Fitri)

Pemenang duta melayu tahun ini dinobatkan kepada Abdi Zaini dari Kampar (sebagai Duta Melayu Banin) dan Putri Nilam Sari dari Bengkalis (sebagai Duta Melayu Banat).

Malam puncak ditutup dengan pembagian hadiah, apresiasi sponsor, dan grand closing yang meriah. Namun lebih dari sekadar kemeriahan, Harlah KSMR ke-38 menjadi refleksi perjalanan panjang bahwa budaya tidak lagi sekadar warisan, melainkan identitas, cahaya, dan kekuatan yang membina intelektual.

Dari Kairo, tanah rantau ribuan kilometer dari tanah air, mahasiswa Melayu Mesir menunjukkan bahwa cinta budaya dan negeri tetap mekar dalam karya.

Reporter: Raihana Salsabila
Editor: Fikih Azali

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *