Ksmrmesir.org (4/11) – “Menelisik Puisi, Menghayati Sastra” menjadi judul istimewa dalam acara “Kidung Sastra” Edisi Wisata Puisi yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS) Indonesia di Mesir. Acara ini menggali kekayaan sastra Indonesia, mencakup syair, pantun, gurindam, dan puisi klasik.
PPMI Mesir bekerja sama dengan PERRUAS dan Art Theis De Cairo menyelenggarakan “Kidung Sastra” pada Minggu malam, 3 November 2024. Acara ini berlangsung dengan suasana syahdu di Rumah Budaya Rubu, Gamaliya, Kairo.
Dimeriahkan oleh sarasehan sastra, orasi budaya, monolog, dan pentas seni multimedia, kegiatan ini berhasil menggugah kembali kecintaan terhadap seni dan sastra di kalangan mahasiswa Indonesia yang berada jauh dari tanah air.
“PERRUAS ini adalah bentuk kontribusi saya sebagai penyair dan seniman. Saya ingin ilmu sastra dan kesenian dapat dikembangkan di masyarakat agar kembali digemari dan diapresiasi, sehingga pandangan masyarakat terhadap sastra menjadi lebih positif,” ungkap Asrizal Nur, sastrawan berkebangsaan Indonesia sekaligus ketua PERRUAS, dalam sesi wawancara dengan jurnalis Al-Jauhar.
Acara ditutup dengan Kidung Sastra yang dibawakan oleh PERRUAS, menampilkan Galang Asmara, Tantri Subecti, Gilang Al-Bahari (Art Theis De Cairo), Indah, Andria C. Tamsin, dan puisi penutup yang dinyanyikan oleh Asrizal Nur. Berikut adalah puisi kedua yang sekaligus menjadi andalannya:
Kuda
Hentak tenaga
melesat
di rimba darahku
Meringkik garang
berlari
di sabana nadiku
Lapar rumput langit
menggeliat
dalam risau
Julang aku terbang
meninggalkan
kandang diamku
Kudaku
tak kuda bendi
tutup mata,
mata buta,
luka lecut kusir.
Tak kuda kepang
ditunggang akal hilang,
sana sini
seruduk orang.
Tak kuda pacuan,
taruhan orang ber-uang,
gila angguk,
tepuk riang.
Tak kuda kebun binatang,
dielus senang,
disuap makan,
badan terkekang.
Tak kuda liar,
puntang panting,
memacu bayang.
Lari-lari,
letih,
sendiri.
Kudaku
kuda sembrani,
kuda para nabi.
Kuda,
larilah kencang,
rakit jembatan,
walau di rahang jurang.
Aish…
kuda,
larilah kuda,
hentak tenaga,
melesat ke awang,
puncak dengus
nafas merdeka.
Reporter: Raj Afif Thaifury
Editor: Raihana Salsabila