Perempuan adalah Pembawa Peradaban (Spesial Hari Kartini)

Oleh: Fikih Azali
Editor: Khadijah Buma

Hari Kartini bukan sekadar momentum mengenang sejarah. Ia adalah perayaan atas semangat perubahan yang terus menyala hingga hari ini. Sebuah peringatan bahwa perempuan punya ruang, suara, dan hak yang sama dalam belajar, menyampaikan pendapat, serta berkarya. Kartini membuka jalan di tengah zaman yang penuh keterbatasan. Ia adalah simbol keberanian perempuan yang cakap literasi, percaya diri, dan lantang bersuara meski berada dalam sunyi yang menekan.

Sebagai pejuang hak pendidikan dan emansipasi perempuan, Kartini menyuarakan sebuah keyakinan yang hingga kini masih relevan: bahwa perempuan adalah pembawa peradaban. Mereka yang melahirkan, merawat, dan membentuk generasi, tak seharusnya dilecehkan, diremehkan, atau dikekang.

Dalam salah satu suratnya, Kartini menulis:
“Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar–benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.”


Sebuah kutipan yang sederhana, tapi menyimpan kekuatan besar: bahwa harga diri dan kekuatan seorang perempuan terletak pada bagaimana ia memilih untuk terus berdiri, meski dunia mencoba meruntuhkannya.

Hari ini, perempuan bukan hanya bagian dari peringatan. Mereka adalah perlawanan yang manis, sekaligus membakar. Perjuangan perempuan bukan untuk melawan laki-laki, tetapi untuk meruntuhkan pandangan kolot dan adat usang yang masih membelenggu. Para Perempuan telah membuktikan bahwa mereka bisa menjadi pemimpin, pelopor, penggerak, dan pendidik. Tak perlu berteriak keras atau melawan dengan amarah. Perempuan berada di garis depan perubahan dengan tenang, dengan sabar, dengan berani. Keteguhan mereka terlihat dari bagaimana mereka berdiri tegak di tengah tekanan, dari bagaimana mereka menyusun kehidupan dengan teliti di tengah tuntutan yang berat. Perempuan tahu bagaimana cara menyembuhkan sambil tetap berjuang. Mereka tahu bagaimana cara menjadi kuat tanpa kehilangan sisi kasih.

Hari ini, perempuan adalah suara-suara yang dulu dianggap bisu. Mereka adalah kaki-kaki yang dulu dianggap rapuh, tapi kini menapaki dunia dengan penuh keyakinan. Dan perjuangan ini belum selesai. Maka, mari kita terus jaga nyala ini. Karena setiap langkah perempuan adalah jejak peradaban.

Satu hal juga yang tidak bisa kita lewatkan dan lupakan dari sejarah, ketika bicara tentang perempuan dan peradaban adalah sosok yang luar biasa nan mulia: Khaulah binti Tsa’labah, tokoh muslimah dari kalangan sahabat Nabi. Saat itu, ia tengah mencari solusi atas permasalahannya setelah dizihar oleh suaminya, Aus bin As-Shamit. Pada masa itu, belum ada hukum yang mengatur tentang zihar. Karena cintanya pada suami dan tidak ingin berpisah, Khaulah mengadukan persoalannya kepada Rasulullah. Namun, ia belum puas dengan jawaban yang ia terima dan akhirnya memohon langsung kepada Allah. Doanya dikabulkan dan ayat tentang zihar pun turun dalam Surah Al-Mujadalah.

Doanya tak hanya dikabulkan tapi juga diabadikan. Suaranya menembus langit ketujuh. Ia bukan hanya mengadu, tapi menjadi bagian dari perubahan hukum dalam syariat Islam. Khaulah adalah cerminan perempuan yang bukan hanya bertahan, tapi juga mengubah arah sejarah.

Perempuan seperti Khaulah dan Kartini memberi kita cermin: bahwa keberanian bukan soal keras suara, tapi konsistensi dalam berdiri untuk kebenaran. Bahwa perubahan besar bisa datang dari suara kecil, asalkan tidak pernah padam. Dan bahwa menjadi perempuan berarti menjadi sumber kehidupan, bukan sekadar pelengkap peran.

Saya percaya, semangat mereka hidup dalam diri setiap perempuan hari ini yang terus belajar, berkarya, memimpin, mencipta, dan bertumbuh. Peran boleh berbeda, jalan boleh tak sama, tapi setiap perempuan berhak dihargai dan diberi ruang untuk berkembang.

Mari kita lanjutkan perjuangan Kartini. Dengan saling menguatkan. Dengan saling menggandeng. Dan dengan menciptakan ruang aman, tempat di mana perempuan bisa bebas tumbuh, bersinar, dan membangun peradaban.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *