Mengakui, Tidak Lari dan Menyelesaikan 90 Juta adalah Langkah “Gentleman” PPMI Mesir yang Layak Diapresiasi

Oleh: Agung Febiyansah (Kepala PMIK Mesir 24/25)

Ksmrmesir.org — Baru-baru ini ada kabar hangat yang datang dari website PPMI Mesir. Kabar itu cukup menggemparkan jagat Masisir. Adalah wajar jika masyarakat memiliki beragam reaksi atas masalah ini. Beberapa mungkin menganggapnya sebagai sebuah musibah yang tidak termaafkan, sementara yang lain berusaha untuk memahami kompleksitas di balik kejadian tersebut. Menghukum dan mengutuk tanpa pemahaman yang mendalam justru dapat berujung pada penilaian yang tidak adil.

Penilaian yang sewenang-wenang tanpa didasari atas pemahaman realitas yang utuh, dapat menimbulkan opini yang sangat minor dan dangkal. Sebab ia hanya melihat kepada satu sudut pandang, tidak pada permasalahan secara keseluruhan terkait apa-apa saja yang mengitarinya. Memang jika kita membaca kronologi di https://www.ppmimesir.or.id/sebuah-transparansi-kronologi-musibah-yang-menimpa-ppmi-mesir/ yang terjadi, adalah bentuk kelalaian oleh salah satu pengurus PPMI yang berakibat pada hilangnya uang, yang merupakan kepemilikan organisasi yang menaungi seluruh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir.

Kelalaian oleh salah satu pengurus PPMI Mesir ini kemudian berdampak pada raibnya uang sebesar 90 juta. Kehilangan uang sebesar itu, tentu menjadi beban tersendiri kepada pelaku, apalagi ada kewajiban untuk mengganti uang dalam waktu yang sangat singkat. Tentu ini merupakan hal yang berat bagi seorang mahasiswa yang belum mendapatkan penghasilan yang matang. Tetapi jika kemudian, uang itu tidak lagi diganti, maka hal tersebut justru malah menjadi bentuk keseleweng-lewengan dan berkonsekuensi pada hilangnya integritas pada seorang organisatoris.

Namun, pengurus PPMI hari ini tidak mengambil jalan demikian. Langkah yang kemudian diambil adalah justru malah mengakui kesalahan yang dilakukan. Sebagaimana yang tercantum di tulisan kronologi. Pengakuan ini adalah bagian dari rasa tanggung jawab sebagai pengurus di organisasi, tidak malah menutup-nutupi dan lari dari permasalahan. Terlebih lagi, upaya itu turut dilanjut dengan kesiapan untuk mengganti, besertaan dengan surat resmi, bertanda tangan dan materai yang harus dilunasi dengan deadline selambat-lambatnya pada bulan Maret ini.

Solusi yang tertera dalam tulisan https://www.ppmimesir.or.id/sebuah-transparansi-kronologi-musibah-yang-menimpa-ppmi-mesir/ sudah begitu menggambarkan komitmen PPMI dalam bertanggung jawab, menyelesaikan permasalahan. Walaupun dengan keberatan hati, sebab jumlahnya sedemikian besar. Bisa saja jika memang dia tidak bertanggung jawab, justru malah lari dari masalah, disebabkan, begitu beratnya permasalahan tersebut diselesaikan, terlebih lagi, sebagaimana saya singgung sebelumnya, harus dilunasi oleh seorang yang masih mahasiswa.

Kesalahan ini—meski tergolong fatal—dapat saja dilihat sebagai sebuah pembelajaran bagi semua pihak. Dalam setiap organisasi, kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Yang terpenting kemudian adalah bagaimana seorang pengurus di organisasi menyikapi kesalahan tersebut. Dalam hal ini, pengakuan atas kesalahan dan komitmen untuk memperbaiki keadaan adalah dua langkah kunci yang menunjukkan integritas dan rasa tanggung jawab.

Dengan mengakui kesalahan, individu yang terlibat menunjukkan bahwa mereka tidak takut untuk menghadapi konsekuensi dari pengambilan keputusan yang keliru. Selain itu, kesediaan untuk mengganti kerugian yang diderita publik adalah tindakan yang mencerminkan rasa empati dan tanggung jawab moral. Pengakuan dan niat untuk membayarnya dalam waktu yang telah ditentukan menunjukkan keseriusan dalam mengatasi masalah ini.

Tentunya, langkah ini harus diiringi dengan transparansi dalam proses pengembalian dana serta mekanisme yang jelas untuk mencegah terjadinya kesalahan serupa di masa depan. Dengan langkah yang diambil ini, harapannya adalah publik dapat melihatnya sebagai niat baik untuk memperbaiki keadaan, bukan hanya sekedar mengatasi masalah yang ada. Ketulusan dalam menghadapi situasi ini seharusnya menjadi contoh bahwa dalam setiap masalah, ada pelajaran penting dan kesempatan untuk tumbuh, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar.

John C Maxwell, seorang penulis di Amerika, mengatakan ada tiga alasan mengapa permasalahan tak terhindarkan; pertama, kita hidup di dunia yang kompleks dan penuh keragaman; kedua, kita berinteraksi dengan orang-orang; dan ketiga, kita tidak dapat mengendalikan semua situasi yang kita hadapi. “ Sebagaimana manusia, tidak akan lepas dari permasalahan, maka selama ia masih mengakui dan menyelesaikan segala kesalahannya itu adalah bentuk tanggung jawab, tidak semua orang bisa bertanggung jawab, maka sikap yang dilakukan ini sudah selayaknya pantas diapresiasi.

2 komentar untuk “Mengakui, Tidak Lari dan Menyelesaikan 90 Juta adalah Langkah “Gentleman” PPMI Mesir yang Layak Diapresiasi”

  1. Kalau opini saya, hal tersebut tetap tidak layak untuk diapresiasi, karena itu adalah sebuah kesalahan, dan bagaimanapun, tanggung jawab atas masalah tersebut adalah kewajiban bagi pemangku amanah tsb.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *