Oleh: Muhammad Fachri Aziz
Dia hidup sebagai anak biasa yang berharap tinggi pada cita-citanya. Anak kampung yang diharapkan orangtuanya akan mengubah nasib keluarga. Dia dipanggil Syukri.
Suatu hari yang biasa, di sore hari Syukri melihat anak kecil yang menangis di samping sungai Syukri pun bertanya, “Dik, mengapa kau menangis?” Anak kecil itupun menjawab, “Ayahku bertengkar dengan ibu dan sekarang ayah pergi entah kemana.” Syukri terdiam tanpa memberi komentar, dan duduk menjelang malam besrsama anak kecil itu sambil menenangkannya.
Pada malam hari dalam perjalanan pulang Syukri tak sengaja menendang sebuah plastik, Syukri pun penasaran dengan isi plastik itu, saat membukanya dia melihat sebuah sAjadah di dalamnya. Dia termenung sejenak, berpikir mengapa ada orang yang membuang sejadah? Apa salah sajadah itu? Bukankah ia suatu hal yang mulia di mana menjadi alas bagi hamba untuk menyembah Tuhannya?
Syukri pun pulang sambil membawa sejadah itu, dalam perjalanan tak sangka melihat ada seorang laki-laki menangis di kursi taman. Inginnya Syukri mengacuhkan lelaki itu, tapi dengan rasa tak tega dan penasaran dia menghampiri lelaki itu.
Syukri pun bertanya, ”Bukannya saya mau ikut campur urusanmu, tapi bolehkah saya tau kenapa kau menangis?” Lelaki tadi menoleh melihat Syukri sedang senyum kepadanya, dengan keadaan sedih dia menjawab, ”Aku telah memukuli istriku, karena dia pernah menjadi pelacur sebelum menikahi aku. Tapi, dia berkata padaku bahwa dia sudah bertobat dan ingin menjadi lebih baik. Dia menikahi aku karena menurutnya aku bisa mengubahnya menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Namun aku terlanjur marah tak peduli dengan kata-katanya, akhirnya aku memukulinya dan sekarang aku menyesal.”
Syukri sedikit terkejut dengan cerita lelaki ini, Syukri pun membalas, ”Mungkin Tuhan melihat kekuatan yang melebihi orang lain dalam dirimu, Dia memberimu wanita yang memiliki kesalahan untuk membuatmu sadar bahwa kekuatanmu bisa membuat orang lain menjadi dekat dengan Tuhan, namun hanya saja kau merasa dirimu lebih baik dari istrimu. Sayangnya kau juga melakukan kesalahan sebagai suami memukuli istri yang berusaha menjadi yang terbaik untukmu.”
Lelaki tadi pun tersadar bahwa apa yang telah dia lakukan adalah kesalahan besar. Dia berterima kasih dengan lantang dan sungguh, sambil menjabat tangan Syukri.
Syukri berkata, ”Ini ada sajadah, mungkin ini bisa menjadi pengingatmu bahwa kau manusia yang memiliki kesalahan juga dan aku berharap kau tak mengulangi kesalahanmu.” Lelaki tadi pun mengangguk dan pergi meninggalkannya.
Keesokan harinya sepulang dari mesjid setelah melaksanakan salat Asar, Syukri melewati sungai dan melihat anak kecil kemarin, anak kecil itu datang sambil berlari ke arah Syukri dengan wajah berseri-seri, ”Bang, ayahku kembali pulang dan meminta maaf kepada ibu. Ayah bercerita bahwa ada pemuda baik memberikan nasihat dan sajadah kepada ayah yang membuatnya sadar.”
Syukri terkejut dan tak menyangka bahwa laki-laki kemarin adalah ayah anak kecil ini. Dan yang membuatnya lebih terkejut bahwa sajadah yang Syukri berikan membuat kebahagiaan bagi orang lain.
Editor: Fathiah Salsabila